Bali Harus Segera Pikirkan Atasi Kemacetan
Beberapa media lokal di Bali sering menuliskan masalah kemacetan yang cukup serius yang dikhawatirkan akan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Masalah kemacetan di provinsi ini harus segera dicarikan pemecahannya, sebab jika tidak akan menjadi ancaman yang serius bagi kunjungan wisatawan ke daerah tersebut.
Demikian disampaikan Jefirstson R. Riwu Kore disela-sela kunjungan kerja Komisi X DPR RI ke Provinsi Bali, Selasa (20/12).
Jefri mengatakan, fenomena kemacetan di Bali tak ubahnya seperti kemacetan yang terjadi di Jakarta. Apalagi saat libur panjang seperti Natal dan Tahun Baru di titik-tik tertentu kemacetan ini menjadi pemandangan yang sudah biasa disaksikan sehari-hari.
Masalah kemacetan ini menjadi tidak nyaman bagi pengunjung yang akan berlibur di Bali. Untuk itu, harus ada program khusus dari Pemerintah Bali termasuk Pemerintah Pusat bagaimana mengatasi kemacetan di Pulau Dewata ini. Karena kalau tidak segera diatasi jangan mengharapkan target pariwisata dengan kunjungan wisatawan yang banyak dapat tercapai.. “Jangankan wisatawan mancanegara, wisatawan lokal saja jika kondisinya kemacetannya semakin parah banyak yang tidak mau,” kata Jefri.
Tentunya hal ini perlu didiskusikan jalan keluarnya dengan pemangku adat disini karena bagaimanapun penataan infrastruktur ini tidak terlepas dari budaya yang ada, budaya yang ada harus disinkronkan dengan penataan infastruktur.
Jika nantinya akan ada pembangunan subway atau jalan dari bawah, perlu dipikirkan apakah itu melanggar tata aturan adat, nilai-nilai adat. :Semua itu harus dipertimbangkan matang-matang oleh pemerintah dan harus ada program cepat untuk mengatasi hal ini,” katanya.
Terus terang Jefri mengatakan dia tidak tahu masterplant Bali, namun jika kondisinya seperti ini harus dirubah secara keseluruhan. Tentunya hal ini akan melibatkan lintas sektor, bidang infrastruktur dan pariwisata perlu duduk bersama memecahkan hal ini.
Action cepat ini perlu dilakukan mengingat dalam waktu dua atau tiga tahun kemacetan itu akan semakin bertambah. Padahal membangun infrastruktur jalan memerlukan waktu yang cukup lama.
Jefri menekankan perlunya dianalisa kembali masalah master plant infrastruktur yang ada di Bali. Tentunya perlu dipikirkan dibuat untuk 20 tahun mendatang.
Menurut Jefri, masalah kemacetan ini juga menjadi ancaman serius bagi pendapatan devisa Indonesia, termasuk didalamnya pariwisata sebagai bagian integral dari penghasilan Indonesia dimana juga tidak terlepas dari pada multiplier efek terhadap kesejahteraan masyarakat setempat.
Tentunya perlu dipikirkan, dengan matinya pariwisata banyak sekali yang akan macet , mulai jasa travelnya, hotel-hotel, restaurant, pedagang souvenir dan lain-lain.
Jefri mengatakan, masalah kemacetan di daerah ini juga akan disampaikan Komisi X DPR saat rapat kerja dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Jika dilihat faktor-faktor lainnya, rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Bali memiliki SDM pariwisata yang cukup handal, akomodasi yang luar biasa banyaknya dan ditunjang bandar udara kelas internasional.
Namun dia mengingatkan jangan hanya mengembangkan destinasi-destinasi tapi tidak memperhatikan infrastruktur jalan, transportasi yang menjadi hal terpenting dalam kunjungan wisatawan ke daerah tersebut. “Tanpa penanganan serius menyebabkan orang gerah datang ke sini,” tambah Jefri.
Menurut Jefri, Bali juga sudah saatnya mengembangkan daerah-daerah wisata lainnya selain Kuta, Sanur dan Denpasar yang menjadi sentra kemacetan. Seperti pengembangan pariwisata di Gianyar dengan adanya Bali Safari dan Marine Park ini juga salah satu terobosan penyebaran wisatawan ke berbagai daerah di Bali. (tt) foto:tt/parle